Saturday, November 15, 2014

ENDAPAN TIMAH SEKUNDER

ENDAPAN TIMAH SEKUNDER



BAB I
PENDAHULUAN


I.1. MENDALA METALLOGENIK 

Mendala Metallogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi.  Pembentukan bijih dan perkembangan struktur dapat diperkirakan seperti model tektonik lempeng yang terjadi selama evolusi kerak bumi (Gambar 1.1 dan 1.2). Model tersebut menjelaskan bagaimana kerak yang baru terbentuk di dalam rift zone, terutama di mid-oceanic ridge, oleh penambahan magma basaltik dari kedalaman. Proses tersebut membentuk kerak samudra yang homogen yang telah mengalami sedikit proses yang penting untuk segregasi logam-logam yang membentuk endapan bijih.

Kecuali segregasi lokal dari kromium dan nikel di bagian yang paling dalam dari kerak samudra, dan pengendapan sulfida-sulfida masif dari tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui zona regangan. Kerak samudra dijumpai dalam zona-zona subduksi pada tempat-tempat pertumbukan lempeng. Proses ini diikuti oleh gempa bumi dan aktivitas volkanik yang intensif, dan mengawali proses-proses diferensiasi magmatik. Segregasi magma-magma granitik dan formasi dari jenis magmatik yang besar, dan endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan proses-proses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di Andes, yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.


GAMBAR 1.1.
DIAGRAM SKEMATIS SETTING GEOLOGI ENDAPAN ENDAPAN MINERAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN TEKTONIK LEMPENG
(Gocht, Zantop, Eggert; 1988)


GAMBAR 1.2.
ELEMEN TEKTONIK DARI PULAU AKTIF PADA SISTEM BUSUR INDONESI BAGIAN BARAT
(after Katili, 1977)


I.2. GENESA TIMAH

Observasi tertua mengenai bijih sangat dipengaruhi oleh konsep dimana menghubungkan formasi bijih dengan astronomi dan iklim, pengaruh dari pemikiran fisikawan Aristoteles. Contoh, Robler (1700:19) menyatakan mengenai timah “dieses Metall topi seine Seni gerne sebuah Orten kalten” (logam ini suka tempat yang dingin). Dan Lehmann (1751:12) mencatat: "Das eintzige Zinn scheinet eine gemäßigte Gegend zu Lieben, und es ist daher nicht oder gar entweder sehr wenigstens Selten di denen kältern Nord-Ländern zu finden". (Timah muncul untuk mencintai iklim moderat dan karena itu tidak pernah atau setidaknya jarang ditemukan dalam negara utara yang dingin). Lehmann (1753:203) menambahkan dengan lebih menarik: "Zinn ist gerne alleine". (Timah suka sendirian). 

Cotta (1859:680) menekankan fakta penting bahwa magmatisme granit sering disertai dengan mineralisasi timah. Tidak di setiap batuan granit yang ditemukan, terdapat bijih timah dalam zona kontaknya. Terdapatnya batuan granit bersama dengan bijih timah adalah pengecualian, sedangkan terdapatnya bijih timah bersama dengan batuan granit adalah aturan. Genetis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granite biotite, yang diperkirakan terjadi ±222 juta tahun yang lalu pada masa Triassic Atas. Sebagai host-rock adalah batuan dinamo metamorphic yang berumur Permokarbon dan yang berumur Trias Bawah, yang terdiri dari komposisi batupasir, kuarsit, shales, fossiliferous limestone, chert, konglomerat, dan diabas. Proses mineralisasi yang terjadi pada dasarnya tergambar sebagai berikut. 

Magma yang bersifat asam mengandung gas SnF4, yang lewat proses peumatolitik hidrotermal menerebos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi dasar:
SnF4 + H2O -----> SnO2 +HF4
SnO2 yang dikenal dengan nama kasiterit adalah senyawa Sn yang utama, dan merupakan mineral timah ekonomis. Senyawa lain dengan silika, karbonat volframit, sulphida dan lain-lain, banyak didapatkan tetapi tidak dalam nilai ekonomik.

Ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu Timah Primer dan Timah Sekunder, kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa). 
  • Endapan Timah Primer pada umumnya terdapat pada batuan granit 
  • Sedangkan endapan Timah Sekunder kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut 

Kondisi alam tropis Indonesia yang panas dan lembab, menyebabkan terjadinya proses pelapukan baik kimiawi maupun mekanis, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, elutriasi dan tertransportasi lewat sungai-sungai dimana terendaplah kasiterit sebagai mineral berat (BD=7) bersama produk rombak lain yang lebih ringan seperti pasir kuarsa, dan mineral-mineral ikutan seperti zircon, monasit, rutil, ilmenit. Lapisan pasir bertimah yang terletak di atas bedrock setempat dikenal dengan nama kaksa. 

Jenis endapan sekunder sangat bervariasi, sejak dari elluvial, colluvial, alluvial dangkal hingga alluvial dalam (lebih dari 120 m) dan alluvial fan sampai kepada endapan lepas pantai (nodul).

Beberapa kontrol pembentukan yang sangat berperan pada endapan Timah adalah :
  • Ketahanan terhadap pelapukan secara kimia à tidak mengalami penguraian (deformasi) komposisi kimia 
  • Ketahanan terhadap pelapukan secara mekanis (fisik) à mengalami perubahan fisik,
  • Konsentrasi gravitasi secara alamiah (perbedaan berat jenis) à memungkinkan pengendapan kembali untuk mencapai konsentrasi yang  ekonomis.
  • Media transportasi  à solid, air, dan gas/udara,
  • Akumulasi à Perangkap/lingkungan pengendapan.


GAMBAR 1.3
SKEMA ENDAPAN TIMAH PRIMER YANG BERASOSIASI DENGAN MOLYBDENUM DAN TUNGSTEN DI BANGKA-BELITUNG


       GAMBAR 1.4 
      TIPE – TIPE ENDAPAN SEKUNDER
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya (Sutopo Sujitno, 1972) endapan bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  1. Endapan Elluvial : Terdapat dekat sekali dengan sumbernya, tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk, Ukuran butir agak besar dan angular
  2. Endapan Kollovial : Butiran agak besar dengan sudut runcing, biasanya terletak pada lereng suatu lembah 
  3. Endapan Alluvial : Terdapat di daerah lembah, mempunyai bentuk butiran yang membundar. 
  4. Endapan Miencang : Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu, dengan ciri-ciri : Endapan berbentuk lensa-lensa, bentuk butiran halus dan bundar
  5. Endapan Disseminated : Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur. Ciri-ciri : tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur, ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh, terdapat pada lapisan pasir atau lempung


GAMBAR 1.5
MODEL SEDERHANA DEPOSIT TIMAH PLACER DAN PROSESNYA
(Sutopo Sujitno, 1972)



BAB II.
MENDALA METALLOGENIK TIMAH DI INDONESIA


II.1. SETTING GEOLOGI 

Seperti diketahui bahwa geologi kepulauan Indonesia ini terletak pada daerah tumbukan tiga lempeng bumi, yaitu Lempeng Pasific, lempeng India-Australia dan Eurasia yang telah membentuk kerangka tektonik yang cukup rumit serta kondisi daerah yang cukup dinamis dan cocok bagi pengendapan berjenis-jenis mineral logam.
Pengenalan metalogenik di Busur Sunda-Banda akan sangat membantu untuk menentukan tempat kedudukan dan memperkirakan jenis/tipe mineralisasi yang terjadi. Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam, maka daerah mineralisasi logam tertentu dapat dibedakan berdasarkan jenis/tipe endapan dan geologi seperti magmatik, tektonik dan erosi-sedimentasi akan membentuk jenis-jenis endapan magmatik skarn dan greisen, endapan hidrotermal berkaitan dengan stockwork, urat, breksi pipa, endapan volkanogenik, sedangkan proses pengayaan membentuk endapan laterit, plaser, sedangkan proses rombakan menghasilkan endapan pasir pantai dll.

Berdasarkan proses geologi, tektonik dan fase mineralisasinya, maka secara sederhana di Ujung Barat dan sepanjang Busur Sunda-Banda tersebut terdapat beberapa perioda mineralisasi, diantaranya adalah:

  1. Mineralisasi Logam pada perioda Karbon Akhir hingga Trias Akhir.
  2. Mineralisasi Logam pada perioda Trias Tengah hingga Kapur Akhir.
  3. Mineralisasi Logam pada perioda Kapur Awal hingga Miosen Tengah.
  4. Mineralisasi Logam perioda antara Miosen Tengah hingga Pliosen.
  5. Mineral logam berumur Kwarter.

Untuk pembentukan timah di Indonesia, terjadi pada mineralisasi logam pada perioda Trias Tengah hingga Kapur Akhir. Pada perioda tersebut mineralisasi kasiterit terjadi pada batuan sedimen dan volkanik periode Akhir-Mesozoik yang diintrusi batuan plutonik, terjadi proses pegmatitik, kontak metasomatik, alterasi hidrotermal dan mineralisasi logamtimah yang berasosiasi dengan logam jarang di pulau-pulau timah. Mineralisasi dalam jalur plutonik batuan granitik Asia Tenggara ini sangat karakteristik, yaitu terbentuknya kasiterit yang umumnya berasosiasi dengan scheelite, xenotime, columbite, monasit.


GAMBAR 2.1
JALUR BUSUR MAGMATIK TEMPAT KEDUDUKAN  MINERALISASI LOGAM
(dimodifikasi dari beberapa sumber,2000)

Terdapat Lima daerah tektonostratigraphi berbeda yang diketahui sampai saat ini di Asia Tenggara yang bertambah satu sama lain pada masa Paleozoikum dan Mesozoikum. Sabuk Timah Asia Tenggara terletak di antara blok Sibumasu (Sino-Burma, Malaya, dan Sumatra) dan Blok Malaya Timur. Blok lainnya adalah Kalimantan Baratdaya, Indocina dan Cina Selatan. 


GAMBAR 2.2
CRETACEUS RECENT MAGMATIC ARCS/ SUBDUCTION ZONES INDONESIAN ARCHIPELAGO
(Katili 1974)



         GAMBAR 2.3
.         INTERAKSI TECTHNOSTATIGRAFI  DI ASIA TENGGARA
After Metcalfe (1988) 


GAMBAR 2.4. 
DISTRIBUSI MINERAL TIMAH,  TUNGSTEN,DAN  FLUORIT HUBUNGANNYA DENGAN BATUAN GRANIT DI ASIA
(from Mitchell and Garson, 1972).


GAMBAR 2.5
 PALEO TEKTONIK DARI SUNDA AREA PADA LATE TRIASSIC – EARLY JURRASIC , DENGAN CROSS SECTION SKEMATIK YANG MEMPERLIHATKAN REKONSTRUKSI BERLAWANAN DARI ZONA SUBDUKSI DAN SEGI YANG BERHUBUNGAN  DENGAN
(from Hutchison, 1973).


GAMBAR 2.6
SKEMA BAGIAN DI SEMENANJUNG MALAYA – THAILANDMENUNJUKAN PENGATURAN TEKTONIK DI PERMIAN AKHIR, AKHIR TRIAS, AKHIR TRIAS – AWAL JURRASIC DAN CRETACEOUS AKHIR - PLIOSEN.

GAMBAR 2.7
 LOKASI YANG DIREKOMENDASIKAN STUDI MULTIDISIPLIN ILMU PERPOTONGAN DI ASIA TENGGARA, DALAM HUBUNGAN TERHADAP BATAS LEMPENG UTAMA


GAMBAR 2.8
STRUKTUR SEPANJANG MALAY-THAILAND PENISULA SUNDA SHELF YANG SALING BERHUBUNGAN, SF = SEMANGKO FAULT


GAMBAR 2.9
.      SW-NE LINTAS BAGIAN DI KUNDUR BATAM
(ATAS) DAN SINGKAP   LINGGA (BAWAH)
(bothe, 1928)

Batuan tertua di Bangka dan Belitung adalah Paleozoikum sekis mika dan metamorf-rendah, secara isoclinal dilipat Permian-Karbon Tipe-flysch klastik dengan basal, radiolarian cherts, dll. Rare blok batugamping dengan Permian fusulinids. Batuan-batuan ini dapat ditafsirkan sebagai sebuah pertambahan kompleks Paleo-Tethys material lantai laut, tertutup sebelum tabrakan Trias dengan Sibumasu terrane (Hutchison 1994, Barber & Crow 2009). Komplekstivitas ini secara tidak sesuai (unconformably) dilapisi oleh sedikit perubahan bentuk batupasir Trias dan serpih dengan fosil yang buruk flora Cathaysian. Stratigrafi ini memberi kesan kuat afinitas antara Blok Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.


BAB III.
PENYEBARAN TIMAH DI INDONESIA


III.1. PENYEBARAN TIMAH DI DUNIA

Penyebaran Timah di dunia ini hanya terdapat 4 regional yang terdefinisi dengan baik kegiatan pertambangan timahnya yang mana mencakup 80% produksi dunia yaitu:
  1. Sabuk timah SE Asia (Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia) yang merupakan 50% dari produksi timah dunia total. 
  2. Sabuk timah Bolivia (ca. 10%). 
  3. Timah province di Cina Selatan (ca. 10%). 
  4. Timah province di Cornwall, Inggris (ca. 10%).



          GAMBAR 3.1.
         PENYEBARAN TIMAH DI DUNIA
          (TANPA SKALA)


TABEL I.1
PENYEBARAN TIMAH DI DUNIA


GAMBAR 3.2 
TIMAH PORPHYRIES
( CONTOH LLAGUA DAN CHOROLQUE, BOLIVIA; YINYAN, GUANGDONG, CINA))


GAMBAR 3.3
SKARN DAN KARBONAT/SULFIDA PENGGANTI
(CLEVELAND DAN RENISON BELL, TASMANIA, AUSTRALIA;KABUPATEN DACHANG, GUANGXI, CINA


GAMBAR 3.4
VEINS DAN LEMBARAN VEIN
( CHOJLLA, BOLIVIA;GEEVOR DAN WHEAL JANE , CONWALL, INGGRIS, HERMYINGI, BURMA)


GAMBAR 3.5. 
GREISSEN (ALTENBERG, JERMAN TIMUR, CINOVEC, CSSR;TIKUS, INDONESIA DAN PEGMATIT
( CONTOH MANONO, ZAIRE, PHUCKET, DISTRICT, THAILAND)  




III.2 PENYEBARAN TIMAH DI INDONESIA

Penyebaran timah primer di Indonesia, didapatkan dalam variasi :
  • Yang diketemukan pada bagian teratas/teluar dari sisi batuan granit, daerah kontak dimana akumulasi fluida terjadi. Dalam hal ini timah diketemukan tersebar dan tersegresi dalam batuan yang granitik, metasedimen atau batu ubahan sampai greisen. (Pemali,Tempilang).
  • Pada batuan greisen, timah terdapat dalam krital kasiterit mulai dari bentuk halus hingga kasar.
  • Pada vein maupun pada bedding plane. Dalam hal ini proses yang berlangsung adalah purimetasomatik. Tipe deposit ini umumnya berda jauh dari sumber granitnya (granite source) dan berproses dalam temperatur rendah. Ciri yang menyolok adalah kehadiran yang dominan dari mineral magnetik, dan kemudian hadirnya mineral calcsilicate (Kelapa Kampit).



 GAMBAR 3.6. 
JALUR SEBARAN TIMAH YANG BERADA DI Indonesia
(tanpa skala)

Di Bangka mineralisasi berlangsung di sekitar badan granit, dengan demikian deposit diketemukan di daerah kontak (contact zone). Hal yang mirip diketemukan di Singkep, dan Pulau Karimun Kundur. Sedangkan di Belitung, mineralisasi terjadi jauh dari badan granit, dimana likwida berada dalam temperatur rendah dan mampu mengisi dari celah-celah dari host rock termasuk bedding plane. 

Dalam proses kelanjutannya, di alam tropis yang panas dan lembab, terjadilah proses pelapukan baik kimiawi maupun mekanis, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, elutriasi dan dilanjutkan oleh transportasi lewat sungai-sungai dimana terendaplah kasiterit sebagai mineral berat (BD=7), bersama produk rombak lain yang lebih ringan seperti pasir kuarsa, dan mineral-mineral ikutan seperti zircon, monasit, rutil, ilmenit. Lapisan pasir bertimah yang terletak di atas bedrock setempat dikenal dengan nama kaksa. 
Jenis endapan sekunder sangat bervariasi, sejak dari elluvial, colluvial, alluvial dangkal hingga alluvial dalam (lebih dari 120 m) dan alluvial fan. 

Tingkat erosi terhadap deposit primer berlangsung dengan tingkat intesitas yang berbeda antara satu pulau timah dan pulau timah lainnya. Pulau Bangka dalam masa tersier dan periode kwarter, berada dalam altitute yang tinggi, oleh karena itu erosi nampaknya berjalan dengan sangat intensif, hal mana menyebabkan terbentuknya cebakan timah sekunder di sungai-sungai purba, yang bukan saja kaya, tetapi juga dalam jumlah yang besar dan dapat ditemukan di banyak tempat baik pada daratan maupun di daerah lautan. Sedangkan deposit timah primer sedikit saja tersisa yang dapat diketemukan di Singkep dan Karimun Kundur, namun dalam kualitas dan kuantitas yang kecil. Lain sekali halnya dengan Belitung di mana pada masa itu kedudukan pulau itu pada altitude yang rendah, hal ini antara lain yang menyebabkan proses pembentukan endapan sekunder tidak seintensif di Bangka, sebaliknya endapan primer dapat diketemukan indikasinya di banyak tempat. 

Penyebaran konsentrasi lapisan pasir bertimah (tin bearing sand) baik vertikal maupun lateral dalam banyak hal sangat dipengaruhi oleh gejala naik turunnya permukaan laut (sea level chenges), antara lain karena glasiasi dalam masa pleistocene, yang mana diperkirakan terayun dari 100 m di atas permukaan laut sekarang. Pada hakekatnya proses yang terjadi pada penyusunan endapan timah alluvial di darat, adalah sama dengan yang membentuk deposit timah alluvial di laut. Namun kejadian, baik vertikal maupun lateral, telah mengalami pengulangan-pengulangan proses, sehingga penyebarannyapun bersistimasi tidak sesederhana yang ditemukan di daratan sekarang.
Sesuai dengan teori sundaself, dan Molengraaff valley-nya diperkirakan bahwa lautan di sekitar pulau-pulau timah relatif dangkal, sedang kemampuan menambang lautan semakin meningkat, maka sejak permulaan abad ini dan untuk masa yang akan datang, potensi timah lautan telah dan akan menjadi sumber utama produksi timah Indonesia. 
Dalam sejarah pertimahan Indonesia, potensi cadangan primer relatif sangat kecil serta m empunyai umur yang tidak terlalu panjang dibandingkan alluvial darat. Dari banyak indikasi kehadiran timah primer yang tercatat, maka Kelapa Kampit di Belitung perlu dicatat sebagai deposit timah primer yang paling besar yang pernah dikerjakan. Penambangan dalam (deep mine) dimulai tahun 1906 dan kemudian pada tahun 80-an sebagian dikerjakan dengan cara open pit. Ini adalah jenis strata-bound deposit dan adalah jenis yang terkaya yang terdapat di jalur South East Asia Tin Belt. Bagian utama adalah Nam Salu (South Vein), baru ditemukan pada tahu 70-an, mempunyai kekayaan 1-2% Sn, dapat diikuti sejauh 3 km, dengan ketebalan bervariasi hingga 35 m, dengan kemiringan 45°. Mineralisasi berlangsung hingga kedalaman -290 meter. 
Penelitian eksplorasi selanjutnya juga menunkukkan adanya indikasi positif dari Pb-Zn yang terdapat dalam ikatan sulphidis. Cebakan timah primer lain di Belitung yang perlu dicatat adalah Tikus, yang merupakan endapat timah yang terdapat pada zona topaz greisen. Penambangan dalam (underground mining) pernah dilakukan pada zaman sebelum Perang Dunia II, yang dihentikan karena terjadinya bencana kelongsoran dalam tambang dalam tersebut. Cadangan ini merupakan cadangan timah yang mengandung wolframit yang cukup berarti (jenis yang sama diketemukan di Bukit Tumang, Singkep). Di Bangka terdapat deposit primer Pemali, berupa Stockwork deposit (endapan jejaring) dan greisen dalam granit; mineralisasi berlangsung hingga -250 m .

GAMBAR 3.7

 DISTRIBUSI TIMAH TUNGSTEN DAN GRANIT DI PULAU BANGKA.. 

Osberger (1968a), Anonymous (19751, Cobbing and Mallick (1984), Departemen Pertambangan Energi (Indonesia) (1970-1989)

GAMBAR 3.8 
DISTRIBUSI TIMAH TUNGSEN DAN GRANIT DI PULAU BELITUNG.
Based on Osberger (1968a), Anonymous (19751, Cobbing and Mallick (1984), Departemen Pertambangan Energi (Indonesia) (1970-1989). 
  
GAMBAR 3.9
 DISTRIBUSI DEPOSIT TIMAH TUNGSTEN, TUNGSTEN DAN GRANIT DI PULAU RIAU-SUMATERA. 
Based on Anonymous (1928), Osberger (1968a). Silitonga and Kastowo (1975), Bakri (19X2), Rock et al. (1983), Cobbing and Mallick (1984). Wikarno et al. (1988), Geological Research Development Centre (Indonesia) (1989), Departemen Pertambangan Energi (Indonesia) (1970-1989), unpublished map 1:50,000 of Karimum-Kundur by P.T. Timah.  


BAB IV
PERHITUNGAN CADANGAN TIMAH


IV.1 Eksplorasi Timah Placer
Adapun tahapan dan metode yang dipakai pada endapan Timah Placer adalah seperti berikut ini :



Tipe Endapan Aluvial Darat
  • Eksplorasi timah di darat dilakukan dengan pemboran, test pit (sumur uji) dan pengambilan conto (sampling), baik terhadap endapan primer maupun sekunder
  • Metode sampling yang biasa dilakukan :
  1. Bangka bor, yang ditujukan pada endapan timah yang dalam jarak pemboran tergantung dari bentuk penyebaran dan tujuan
  2. Sumur uji, ditujukan pada endapan yang relatif dangkal
  3. Channel digunakan pada lubang bukaan tambang dalam dengan mengetahui cadangan lebih rinci
  • Inventarisasi dan evaluasi data-data pengeboran timah di tambang lama, lembah-lembah, dan daerah-daerah pengaruh granit
  • Pengeboran bangka bor dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengeboran deliniasi potensi dan pengeboran penentuan cadangan. 
  • Target eksplorasi pengeboran, untuk endapan alluvial dalam tersembunyi dilakukan survey geofisika dan resistivity survey.

Tipe Endapan Aluvial Laut (Off shore deposit)
  • Tahap pertama adalah pengumpulan data-data pemetaan dari daerah yang berbatasan dengan endapan-endapan yang sudah diketahui, dan dilanjutkan dengan tahap survey
  • Tahap survey geofisika dilaksanakan dengan : Resistivity dan Seismic ( Sub Bottom Profiling )
  • Survey ini bertujuan untuk menentukan letak daerah arah jalur lemah, tebal lapisan, dalam laut dan penyebaran granit.
  • Dari studi literatur dan survey tersebut dirumuskan pemilihan target pengeboran

METODE RESISTIVITY
  • Alat penentu dan echosounder digunakan untuk pengambilan data resistivitas. Alat ini bekerja sebagai penerima sinyal satelit, transduser pengukur kedalaman laut dan konsole yang berfungsi sebagai prosesor dan display data-data.
  • Data yang dihasilkan dari peralatan lowrance dihubungkan ke peralatan marine resistivity.
GAMBAR 4.1
SKEMA PENGUKURAN MARINE RESISTIVITY

  • Untuk mengukur resistivitas batuan, menggunakan alat Super Sting Marine R8 dengan menggunakan 8 saluran yang dapat melakukan pengukuran resistivitas secara terus menerus (Continuous Resistivity Profiling, CRP).
  • Alat ini menggunakan 8 pasang elektroda pengukur beda tegangan yang berupa 9 buah elektroda yang tersusun pada sebuah kabel dengan sistem dipole-dipole.

  • Pengolahan data Resistivitas hasil pengukuran menggunakan metode Marine Resistivity bertujuan untuk menghasilkan gambaran distribusi resistivitas bawah permukaan yang sedapat mungkin mendekati kondisi geologi yang sebenarnya.
  • Adapun pengolahan data yang dilakukan :
  • Mengkonversi resistivitas semu berdasarkan data beda potensial (V), arus (I) dan faktor geometri hasil pengukuran lapangan.
  • Menghitung resistivitas semu didasarkan pada parameter model, konfigurasi elektroda dan model.
  • Melakukan inversi untuk menentukan perkiraan dari parameter model yang didasarkan pada data dan model.

METODE SEISMIK

Metode ini sangat umum digunakan pada eksplorasi endapan Timah di laut. Adapun prinsip kerja metode ini adalah sebagai berikut :
1. Source memancarkan gelombang mekanis dan kemudian pantulan gelombangnya ditangkap oleh receiver baik berupa refleksi maupun refraksi. Dimana Seismik Refleksi dipergunakan untuk mendeteksi Hidrokarbon dan Seismik Refraksi dipergunakan untuk mendeteksi batuan yang letaknya cukup dangkal dan untuk mengetahui overburden.


2. Data-data yang diperoleh dari data Seismik antara lain adalah sebagai berikut :






PEMBORAN

Ada tiga tipe yang dikembangkan Indonesia untuk pengeboran lepas pantai

  1. Bor Mesin Semprot (BMS) adalah bor putar dengan pengambilan contoh dengan semprot dan dipasang di atas ponton
  2. Bor counterflash (semprot terbalik), dipasang di atas kapal, dikembangkan untuk pengambilan contoh (core recovery) yang lebih teliti
  3. Ponton yang bisa terangkat (jeck up), yang dapat dipergunakan di laut dalam dan keadaan gelombang yang lebih besar

IV.2 Metode Perhitungan Cadangan Timah Sekunder

Dalam melakukan metode perhitungan cadangan haruslah ideal dan sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan dan kegunaaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati – hati dan rumusan yang dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat menghasilkan tingkat kepercayaan dan ketepatan yang sama dengan metode yang kompleks. Maka tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan kesempurnaan pengetahuan atas gendapan atau modek genetiknya.

Pemilihan metode untuk perhitungan cadangan tergantung pada :

  1. Keadaan Geologi dari Endapan : Topografi daerah penelitian berupa perbukitan bergeombang.
  2. Ketersediaan Data : Tidak adanya data lubang bor yang menunjukan ketebalan endapan sehingga data merupakan indikasi geologi saja.
  3. Jenis Bahan Galian

Bijih Timah merupakan jenis bahan galian golongan A yang mempunyai bentuk dan geometri yang sederhana, dan memiliki asosiasi dengan mineral–mineral lainnya. Secara umum endapan–endapan bahan galian dapat dikategorikan atas sederhana (simple) atau komplek (complex) tergantung dari distribusi kadar dan bentuk geometrinya.Kriteria untuk mengkategorikan endapan bahan galian ini 
didasarkan atas pendekatan geologi .Untuk kategori kompleks dicirikan dengan kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk geometrinya yang kompleks yang sederhana dan kadar pada batas endapan .

Dalam metode ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa metode perhitungan :

  • Blok Teratur ( Reguler Block)
Metode ini digunakan unutk grid – grid lubamg bor yang teratur. Jika grid  grid lubang bor yang membentuk grid yang teratur, makaa dapat dibagi menjadi blok- blok yang teratur pula seperti bujur sangkar atau persegi panjang dengan satu lubang bor terletak pada masing – masing blok.

  • Metode Poligon
Metode Poligon digunakan untuk daerah yang grid lubang bor tidak seragam, dimana polygon setiap lubang bor diletakkan di tengah – tengah polygon yang tidak teratur. Volume setiap polygon merupakan hasil perkalian polygon antara luas daerah perngaruh dengan ketebalan / ketinggian.



  • Metode Segitiga (khusus endapan darat : colluvium)
Dalam metode segitiga ini, luasan dibagi – bagi dalam bentuk segitiga dengan menggunakan / menggambarkan garis – garis diantara lubang bor- lubang bor. Ketebalan / ketinggian pada setiap segitiga ditentukan sebagai rata – rata lubang bor pada setiap segitiga. Metode triangular ini bisa digunakan untuk endapan tumah sekunder yang bertipe colluvium 


IV.3  Perhitungan Cadangan PT.Timah secara Manual

PT. Timah dalam melakukan perhitungan volume cadangan di TB Nudur Hilir masih menggunakan cara manual dengan menggunalan metode grafis. Untuk menghitung luas digunakan mal grid yang terbuat dari kertas transparan (milimeter kalkir), luas tanah yang diukur dengan kelipatan dari luas jala – jala grid. Sedangkan untuk menghitung volume menggunakan rumus dilakukan ketebalan rata – rata lubang bor, Dalam menghitung cadangan nudul hilir wasprod IV mempunyai cara yang berbeda dengan yang dilakukan pada penelitian. Setiap Lubang bor dibagi menjadi beberapa kotak dengan ukuran tertentu kemudian dengan menggunakan mal grid ukuran 0,5 x 0,5 dihitung jumlah kelipatan grid yang masuk dalam kotak tersebut, hasil perhitungan tersebut direduksi dengan cara membagi jumlah tersebut dengan 16 kotak yang merupakan daerah pengaruh dari setiap lubang bor.

A. Perhitungan Produksi Bijih Timah

Dengan memperhatikan kekayaan timah tiap – tiap lubang bor dan luas daerah cadangan , maka dapat dibuat garis rencana sebagai batas daerah dalam perhitungan cadangan. Adapun rangkaian proses perhittungan secara manual, adalah sebagai berikut :
  • Pembuatan Blok
Pembuatan Blok bertujuan untuk mempermudah perhitungan area dari suatu lubang bor yang bersingguhan dengan lubang bor yang ada di sekitarnya. Perhitungan area lubang bor akan lebih mudah jika lubang bor yang ada memiliki jarak yang teratur antara satu lubang bor yang lain, yang biasa disebut dengan blok teratur. Akan tetapi jika jarak antar blok tidak beraturan maka akan menggunakan system polygon .
  • Perhitungan Jumlah Reduksi
Reduksi adalah perbandingan antara luas daerah pengaruh tiap lubang bor (Are of Influence) dengan luas pengaruh lubang bor yang dianggap baku pada suatu peta cadangan dengan skala tertentu. Setelah blok telah selesai dibuat, selanjutnya adalah menghitung jumlah reduksi yang ada pada masing–masing blok, dengan cara memplot kotak reduksi pada peta lubang bor yang telah dibuat blok. Kotak reduksi adalah kotak – kotak berukuran 1 m x 1m x1 m yang digambarkan pada kertas transparan yang dimana ukuran suatu reduksi adalah 40 x 40 untuk bor daray. Jumlah reduksi dihitung dalam setiap lubang blok, jika semua blok telah dihitung jumlah reduksinya maka selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh reduksi dari masing – masing blok.
  • Penggalian Reduksi Dengan Tebal
Penggalian reduksi dengan kedalaman lubang bor, bertujuan untuk mendapatkan tebal dari masing – masing blok yang reduksinya dikalikan dengan kedalaman lubang bor. Dengan cara mengalikan reduksi dari lubang bor dengan kedalamannya
  • Penggalian Reduksi Dengan Kg/Sn
Penggalian reduksi dengan Kg/Sn yaitu dengan cara mengalikan reduksi suatu lubang bor dengan Kg/Sn (kuantitas Sn) lubang bor tersebut.


B. Mencari Luas Daerah di Hitung (Ldh volume)

Luas daerah dihitung adalah luas lapangan yang dihitung cadangannya , dinyatakan dalam meter (m2). Pengukuran luas dilakukan dengan plannimeter atau dengan perhitungan ilmu ukur.

C. Mencari tebal Lapisan (Ddh tebal rata – rata)

Tebal lapisan adalah rata–rata tebal lapisan dari lubang bor pada suatu lapangan yang dihitung dengan reduksi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini adalah


Keterangan 
Ddh  : Tebal Lapisan rata – rata (m)
D      : Tebal lapisan lubang bor (m)

D. Isi tanah dihitung
Isi tanah dihitung adalah perkiraan isi tanah dari suatu lapangan berdasarkan data pemboran , yaitu merupakan perkalian antara luas daerah dihitung dengan tebal lapisan

Rumus yang digunakan untuk menghitng isi tanah adalah :


Keterangan 
Idh = Isi tanah
Ldh = Luas Daerah
Ddh = Tebal Lapisan

E. Kekayaan Bijih Timah (Tdh Total) /Grade Keseluruhan)
Kekayaan timah dihitung adalah perkiraan kekayaan timah rata – rata dari suatu lapangan, ditentukan berdasarkan data bor.

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Grade Keseluruhan


Keterangan
Tdh = Kekayaan Timah dihitung , Kg Sn/1000 m
D    = Tebal lapisan lubang bor (m)
R    = Reduksi

F. Jumlah Endapan (Pdh) (tonase)
Produksi timah dihitung adalah besarnya cadangan timah dari suatu daerah cadangan. Untuk mengetahui jumlah endapan dari keseluruhan area, maka rumus yang digunakan adalah :


Keterangan
Pdh = Produksi timah dihitung ton Sn
Idh  = Isi tanah di hitung (m3)
Tdh  = Kekayaan timah dihitung Kg Sn/1000


DAFTAR PUSTAKA

  • Denni Widhiyatna, Mangara P Pohan, Asep Ahdiat, 2006.  Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah Peti  Daerah Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan.Pusat Sumber Daya Geologi.
  • Evans, Anthony M. 1987.Ore geology and industrial minerals, 3rd ed. Geoscience texts. Rev. ed. of: An Introduction to ore geology, 2nd ed. 1987. page 336 
  • Hardjono, S. Sutedjo, W.Soemarto, N. Mulyadi, S.Marangin. 1992. Pengantar Pertambangan Indonesia, Asosiasi Pertambangan Indonesia. Cerakan Pertama. Jakarta.
  • Herman Z. Danny. 2005. Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Daerah Bangka Tengah, Provinsi Bangka – Belitung.
  • Mardiah. 2014. Karakteristik Endapan Timah Sekunder Daerah Kelayang dan sekitarnya, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung. Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung.
  • M.O. Schwartz, S.S. Rajah, AK Askury, P. Putthapiban, S. Djaswadi. 1995. The Southeast Asian Tin Belt. Earth Science Reviews 38, Elsiever Science B.V, page 95-293
  • R H. T. Garnett And N. C. Bassett. 2005. Placer Deposits, Society Of Economic Geologists Inc. – Economic Geologists100th Anniversary Volume, Canada, P 813-343
  • Yudo Haryadi. 2008.Eksplorasi Mineral Plaser Laut dengan Menggunakan MarineResistivity dan Sub Bottom Profiling. Tesis. Universitas Indonesia.Jakarta

Friday, February 7, 2014

Eksplorasi Tak Langsung - Metode Eksplorasi Geokimia

                                      Pengantar Eksplorasi

  • Secara umum pengertian eksplorasi adalah mengetahui, mencari dan menilai suatu endapan mineral.
  • Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai letak, sifat-sifat, bentuk, cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari bahan galian.
  • Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang yang sebelumnya tidak diketahui keadaan suatu objek geologi yang umumnya berupa cebakan mineral.
  • Tujuan dari eksplorasi adalah untuk menemukan serta mendapatkan sejumlah maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu seminimal mungkin (to find and acquire a maximum number of new economic mineral deposits within a minimum cost and in a minimum time (Baily, 1968 dalam Koesoemadinata1995).

Tahapan Eksplorasi

Pentahapan dalam eksplorasi mutlak dilakukan untuk meminimalkan kerugian/resiko kegagalan karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam eksplorasi harus dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk mengurangi resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan mineral tersebut. Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiataneksplorasi adalah :
  1. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat
  2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal
  3. Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda.

Tahap-tahap penting di dalam industri pertambangan suatu endapan bijih meliputi:
  • Eksplorasi mineral: untuk menemukan tubuh bijih
  • Studi kelayakan: untuk menentukan apakah secara komersial memenuhi
  • Pengembangan tambang: membangun seluruh infrastruktur pada lokasi tambang
  • Penambangan: ekstraksi bijih dari lapisan pembawa bijih
  • Pengolahan mineral: penghancuran dan penggilingan bijih, pemisahan mineral bijih dari mineral penyerta/pengotor, pemisahan bijih menjadi konsentrat, seperti pada konsentrat tembaga
  • Pemisahan logam: pengambilan logam dari konsentrat mineral
  • Pemurnian: memurnikan logam dari logam ikutannya
  • Pemasaran: pengiriman produk tambang (konsentrat logam, jika tidak dipisahkan atau dimurnikan di lokasi tambang) ke pembeli.

Metode Eksplorasi ( Geokimia )

Pemilihan metode eksplorasi yang tepat dipakai untuk mendapatkan kepastian yang tinggi sehingga dapat dilakukan pada daerah yang terbatas dengan tingkat kegagalan yang rendah.
Metoda eksplorasi yang biasa dilakukan dalam kegiatan eksplorasi bahan galian khususnya endapan bijih adalah:
  1. Metoda Geokimia
  2. Metoda Geofisika
  3. Metoda Geologi
Pengertian eksplorasi geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia pada batuan, stream sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan agar mendapatkan beberapa dispersi unsur di atas (di bawah) normal yang disebut anomali, dengan harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.
Tujuan dilakukan metoda geokimia adalah:
  • Menemukan dan melokalisir tubuh mineralisasi
  • Menentukan ukuran (size) dan nilai (value) dari tubuh mineralisasi
  • Mengetahui adanya anomali unsur target, penyebaran kadar, indikasi mineralisasi, dan melacak batuan sumber.

Pemilihan metoda geokimia yang ada didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
  • Biaya
  • Tahap eksplorasi
  • Karakter Terrain ( Permukaan )
  • Target jenis mineral, ukuran
  • Sejarah eksplorasi
  • Geomorfologi

Beberapa macam metoda geokimia yang dapat dilakukan adalah :
  1. Lithogeochemistry, terbagi atas : Sedimen sungai dan Batuan
  2. Hydrogeochemistry
  3. Biochemistry/Geobotany
  4. Atmogeochemistry/Gas Surveys

Metode Sedimen Sungai

Beberapa pertimbangan dan alasan pemilihan metoda sedimen sungai adalah:
  • Dipakai dalam eksplorasi tahap awal (regional geochemical reconnaissance) diareal yang luas
  • Menangkap dispersi geokimia sekunder di sepanjang aliran sungai
  • Keuntungan: mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang singkat, jumlah conto yang relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah.
Beberapa metoda yang dilakukan dalam metoda sedimen sungai adalah:
  • Sedimen sungai aktif (stream sediment, SS), yaitu mengambil fraksi berukuran silt-clay dengan cara menyaring sedimen dengan saringan berukuran -80#. Tujuan dari metoda ini adalah menangkap butiran emas dan base metal berukuran halus. 
            Pengambilan conto sedimen sungai aktif ( Freeport, Irian Jaya)
  • Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral berat dalam sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan menangkap emas berbutir kasar dan mineral berat lainnya. Dapat dilihat seperti gambar di bawah ini : 
                 Geologist mengambil sampel dulang (pan concentrate)
  • Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa terkecuali. Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu mendeteksi kadar emas yang sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb). Dalam prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal dengan densitas 1 conto per 5-10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya dengan densitas1 conto per 1-3 km. Contoh peta yang dihasilkan dengan menggunakan metoda geokimia dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 

Metode Percontoan Tanah ( Soil Sampling )

Situasi dimana survei soil dilakukan antara lain :
  • Survei pendahuluan dilakukan di daerah yang pola pengalirannya tidak berkembang
  • Survei lanjutan dilakukan di daerah anomali yang dilokalisir oleh survei sedimen sungai
  • Survei lanjutan di daerah anomali yang dilokallisir oleh survei geofisika
  • Survei lanjutan di sekitar lokasi Gossan
  • Mendeliniasi target bor uji di sekitar mineralisasi yang diketahui 
                Pola pengambilan sampel Ridge and Spur ( Rose et al. 1979 )
Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan metoda percontoan tanah adalah :
  1. Cukup material yang diambil untuk analisis
  2. Conto diambil dari horison yang sama
  3. Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang sama
  4. Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported)
  5. Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus diketahui.

Metode Percontoan Batuan ( Rock Sampling )

  • Dilakukan dalam tahap akhir eksplorasi permukaan
  • Lokasi pengambilan conto: singkapan, float, pits, trenches, drill holes
  • Menangkap dispersi geokimia primer
  • Dimaksudkan untuk keperluan analisis kimia mineral (unsur utama, unsur target,unsur pathfinder) dan fisika mineral (petrografi, X-Ray, dan inklusi fluida).
Beberapa cara pengambilan conto yang dapat dilakukan adalah dengan :
  1. Grab / specimen
  2. Chip
  3. Channel / Panel
  4. Drill cutting / Core

Hydrogeochemistry ( Water Sampling )

Metoda ini merupakan metoda untuk menganalisis/menghitung komposisi kimia material yang terlarut dalam air. Jenis-jenis air (natural water ) yang dapat dipakai sebagai media sampling yaitu air sungai, danau, air tanah, mata air, dan lain-lain.

Permasalahan yang dapat muncul dalam metoda ini :

  • Konsentrasi yang sangat rendah (ppb)
  • Analytical difficulties
  • Serious risk of contamination
  • Kimia air sangat sensitif terhadap kondisi cuaca dan lingkungannya
  • Merupakan indikator yang paling baik untuk serangkaian endapan U, V, Rn(Radon), He, Mo, Zn, Bi, F dan SO4
    • Indikator Cu dan Pb umumnya sulit untuk diinterpretasi.

    Biogeochemistry Surveys

    Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai media conto. Akar tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya yang menyerap larutan dalam air tanah. Larutan ini mungkin membawa garam-garam anorganik yang dapat diendapkan di berbagai tumbuhan, seperti daun, kulit kayu, buah dan bunga. Pada bagian tertentu dari beberapa jenis tumbuhan telah terbukti menunjukkan kadar konsentrasi unsur-unsur tertentu yang lebih tinggi jika tumbuh pada soil yang berkembang di atas cebakan mineral daripada di soil biasa. Istilah geobotany melibatkan identifikasi visual jenis spesies tumbuhan yang hidup di daerah tertentu. Pengamatan terhadap jenis tumbuhan penutup mungkin dapat mengindikasikan mineralisasi di bawahnya.

    Contoh :
    • Becium homblei dipakai di Afrika bagian selatan untuk mengindikasikan anomali Cu dalam soil.
    • Di daerah tropis bagian atas porfiri sistem yang kaya sulfida biasanya tidak ditumbuhi tumbuhan atau hanya semak rumput, misalnya Grasbergdi Irian Jaya. Fenomena ini dapat terlihat dalam foto udara dan Landsat.

    Gas Surveys

    Survei gas ini didasarkan dari banyakya cebakan mineral yang mengandung volatile. Karena mobilitasnya tinggi, material volatile ini dapat mencapai permukaandan dilepaskan ke atmosfer.

    Contoh :
    • Mercury di atas cebakan logam dasar (base metals) dan emas epitermal
    • Radon sebagai hasil peluruhan U-238 dalam cebakan uranium
    • Helium dari cebakan U dan Th
    • SO2 terdeteksi sebagai hasil oksidasi sulfida
    • Berbagai hidrokarbon volatile dalam survei minyak dan gas bumi
    Teknik penyontoan bervariasi dari mulai dengan pesawat terbang atau helikopter, detektor yang dipasang dalam tanah atau dalam air, sampai anjing yang dilatih untuk mendeteksi sulfida dari kehadiran H2S.

    Friday, January 17, 2014

    City Of Paradise

    Alangkah senangnya hati ini ketika kaki ini sampai ditanah yang dikatakan : City Of Paradise. Alangkah senangnya hati ini karena memang tidak semua orang dapat menikmati keindahan alam tanah Papua.
    Ketika kaki ini menginjakkan tanah Papua, hati ini langsung berkata : " Ini adalah tanah yang diberkati oleh Sang Pencipta diciptakan oleh Sang Pencipta sambil tersenyum." Kenapa saya mengatakan demikian, ada beberapa alasan yang mendasarinya :
    1. Tanah Papua sangat terkenal dengan keindahan wisata bahari nya dengan standart Internasional
    2. Tanah Papua diberkahi dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa. Satu gunung tersimpan kekayaan alam yang luar biasa banyak nya.
    3. Tanah Papua diberkahi dengan flora dan fauna yang eksotik





    Raja Ampat sangat berpotensi sebagai panghasil devisa negara yang sangat menjanjikan kalau dipelihara dan dilestarikan keindahan alamnya. Provinsi Papua sangat kaya dengan berbagai potensi sumberdaya alam yang dimilikinya. Sektor pertambangannya sudah mampu memberikan kontribusi lebih dari 50% perekonomian Papua, dengan tembaga, emas, minyak dan gas menempati posisi dapat memberikan kontribusi ekonomi itu. Di bidang pertambangan, provinsi ini memiliki potensi 2,5 miliar ton batuan biji emas dan tembaga, semuanya terdapat di wilayah konsesi Freeport. Di samping itu, masih terdapat beberapa potensi tambang lain seperti batu bara berjumlah 6,3 juta ton, barn gamping di atas areal seluas 190.000 ha, pasir kuarsa seluas 75 ha dengan potensi hasil 21,5 juta ton, lempung sebanyak 1,2 jura ton, marmer sebanyak 350 juta ton, granit sebanyak 125 juta ton dan hasil tambang lainnya seperti pasir besi, nikel dan krom.

    Karena 90% dari daratan Papua adalah hutan, produk unggulan pun banyak lahir dari belantara yang dipadati lebih dari 1.000 spesies tanaman. Lebih dari 150 varientas di hutan itu merupakan tanaman komersial. Hutan di Papua mencapai 3l.079.185,77 ha, terdiri atas hutan konservasi seluas 6.436.923,05 ha (20,71%), hutan lindung 7.475.821,50 ha (24,05%), hutan produksi tetap 8.171606,57 ha (26,3 %), hutan produksi terbatas 1.816.319 ha (5,84%), dan hutan yang dapat dikonversi 6.354.726 ha (20,45%). Ditambah areal penggunaan lainnya 821.787,91 ha (2,64%). Hutan hutan di provinsi ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah, Contoh, sebanyak 323.987m3, kayu bangunan/timber sebanyak 1.714 m3, kayu balok olahan/block board sebanyak 1.198 m3, triplek/plywood sebanyak 88.050 m3 dan kayu olahan/chips sejumlah 45.289 m3.

    Di sektor perkebunan, dari 5.459.225 ha lahan yang ada, tak kurang dari 160.547 ha sudah dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat (PR) maupun perkebunan besar (PB), tenaga kerja dengan total produksi 62.153 ton. Komoditas unggulan pada 2005 dengan total produksi 12.347 ton (19,87%), sawit dengan produksi 31.021 ton (49,91%), kakao dengan produksi 11.363 ton (18.28%), kopi Arabic produksi 2.583 ton (4.16%), buah merah dengan produksi 1.889 ton (3,04%) dan karet dengan total produksi 1.458 ton (2,35%). Pada 2005 kayu mencapai 20.711 ton dan Jayapura dengan produksi 2.444 ton pada 2005. produksi sayur mayur selama 2005 hanya mencapai 13,99 ton, menurun dibandingkan dengan 2004 yang mencapai 25,78 ton.

    Di sektor perikanan, memiliki kekayaan yang kurang besar di sepanjang 1.170 mil garis pantai yang dipenuhi ribuan pulau pulau kecil. Provinsi ini memiliki terumbu karang terkaya dan terbaik di dunia. Hutan bakau terluas dan terbaik di dunia, dengan berbagai jenis ikan mulai dari pelagis besar, kecil, kerapu, udang, teripang, kerang, dan lain lain. Potensi lestari perikanan Papua sebesar 1.404.220 ton per tahun, dengan produksi tahun 2005 mencapai 209.210,3 ton, meningkat 13,29% dibanding produksi 2004 yang hanya mencapai 180.612,4 ton. Dari produksi perikanan, 95,83% merupakan hasil produksi perikanan laut dengan nilai produksi selama 2005 mencapai Rp. 2.215 miliar atau menurun 44,86% banding 2004 yang mencapai Rp 2.451 miliar.

    Sebagai penutup saya sebagai penulis hanya berpesan : "Lestarikanlah kekayaan alam yang telah dititipkan oleh Sang Pencipta kepada kita."